Selasa, 09 Juni 2015

Kado Terakhir dan terindah dari firan

Cerpen Persahabatan Sejati :

Kado Terakhir dan terindah dari firan


“kamu gila ya Win? Gimana bisa kamu nyomblangin aku sama mantan kamu.” sergahku.
“Firan sendiri yang minta, ya aku kabulin.” Jawab Windi.

Sahabatku satu itu memang gila. Setelah kemaren aku dibuat bingung oleh sesosok penelfon misterius, dan ternyata dia adalah mantan Windi yang ternyata aku kenal. Dan kagetnya, dia sengaja meminta nomor handphoneku pada Windi. Setelah mengungkapkan identitas sebenarnya, Firan malah lebih sering lagi menghubungiku.
“Key, kapan bisa jalan sama kamu.”
“kapan-kapan deh.”jawabku

Sebenarnya aku merasa gak nyaman sama Windi, tapi perhatian Firan membuatku luluh. Hingga suatu saat.
“key, aku  sayang sama kamu . kamu mau jadi cewek aku ?” ucapan Firan mengagetkanku.
“Firan..kamu  mantan sahabat aku , aku  gak mungkin jadian sama mantan sahabat aku  sendiri. Aku takut dia tersakiti.”
“udahlah Key, Windi gak papa kok. Dia ikhlasin aku , aku tuh cuma temenan aja sama dia sekarang.”

Tiba-tiba panggilan telepon pun tertahan,dan tiba-tiba ada suara Windi.
“udahlah Key,santai aja. Kita udah gak ada apa-apa,lagian aku gak mungkin ngabulin permintaan dia buat minta comblangin sama kamu kalau aku masih sayang sama dia.” Ucap Windi.
“tapi Win…”
“udah denger sendiri kan,,Windi aja gak pa-pa.” Firan memotong kalimatku dan Windi pun mematikan teleponnya.
“jadi gimana?” Tanya Firan lagi.
“sebenernya sih aku  juga sayang sama kamu …Cuma..”
“makasih ya Key,aku  seneng banget. Jadi kamu mau jadi pacar aku .” Lagi-lagi Firan memotong
kalimatku. Aku hanya bisa menganggukkan kepala.
“iya Fir..”jawabku kemudian.
***

Gak terasa udah seminggu aku jadian sama Firan. Memang indah,karena perhatian Firan mampu melunakkan hatiku. Namun lama kelamaan aku semakin merasa bersalah dengan Windi. Hingga suatu hari Firan terkejut dengan ucapanku.
“Fir..kayaknya hubungan kita udah gak bisa dilanjutin lagi deh. Aku terus merasa bersalah sama Windi,aku tahu perasaan dia gimana ngeliat kita jalan berdua. Walaupun dia gak bilang, tapi aku tahu Fir..” ucapku.
“Key,Windi gak kayak gitu. Dia ikut seneng kok ngeliat kita. Lagian gak ada apa-apa juga kan, gak ada yang berubah kan dari sikap Windi sejak kita jadian.”
“iya Fir..tapi aku tahu perasaan dia sebenarnya. Lebih baik kita temenan aja dulu ya.” Aku tetap nekad pengen putus sama dia. Sesaat dia terdiam.
“hmm…ya udah deh kalau memang itu mau kamu. Tapi kita tetep temenan kan,gak pa-pa kan kalo aku tetep sayang sama kamu.” Ucap Firan kemudian.

Aku hanya mengangguk lalu pergi dari hadapan Firan.
Suatu hari Windi mendekatiku, ternyata dia heran melihat aku dan Firan sudah jarang kelihatan berdua.
“Key..mana Firan. Aku gak pernah lagi liat dia sama kamu  jalan.”
“mmm…aku udah gak sama Firan lagi Win. aku gak enak sama kamu,gimana perasaan kamu liat kita jalan, kamu  kan mantannya dia.” Jawabku jujur.
“ya ampun Key…gak gitu juga kali. aku nyantai aja,aku gak ada rasa apa-apa lagi sama dia. Ngapain sih kamu mutusin dia,,aku ikut seneng liat dia sama kamu jadian. Aku tahu kamu baik buat dia.” Jelas Windi. Aku hanya bisa terdiam dan mengangkat bahu.
“ya gimana lagi,, udah putus juga,udah kejadian.”lanjutku kemudian.
“aku yakin bentar lagi dia bakal minta kamu buat balikan lagi sama dia. aku tahu Firan gimana.”

Sepulang sekolah, tanpa ganti baju lagi aku langsung merebahkan diri di kasur empukku. Saat baru akan memejamkan mata, dering handphone mengejutkanku dan tertera nama Firan di sana.
“iya Fir..kenapa?”tanyaku
“kamu lagi ngapain Key? Udah makan belom? Aku ganggu gak?” Tanya Firan bertubi-tubi.
“gak lagi ngapa-ngapain. Gak kok gak ganggu.” Jawabku seadanya.
“gimana kabar kamu, baik-baik aja kan?” Tanya Firan lagi
“baik kok..kamu?”
“baik juga. Ya udah ya Key,baik-baik ya. Aku cuma pengen denger suara kamu aja kok.” Ucap Firan kemudian dan dia langsung mematikan telepon. Mendengar ucapan terakhirnya, aku terdiam.
***

Setelah hampir 1 bulan aku putus dengan Firan, muncul seorang yang ingin jadi pengganti Firan. Namun sama dengan Firan dulu, aku belum kenal lama dengan Gion. Tapi untuk sekedar melupakan Firan bolehlah pikirku. Akhirnya setelah aku pikir-pikir,aku juga menerima Gion. Gak kerasa hubunganku dengan Gion bertahan lama hingga hampir 6 bulan, namun semakin lama aku semakin merasakan bahwa sifat Gion mulai berubah. Dia emosian dan mulai posesif serta temperamental. Aku mulai mencoba untuk lepas dari dia, namun ancaman-ancamannya terus membuatku takut. Hingga hampir satu bulan aku bertahan dalam keadaan penuh tekanan, hingga akhirnya tiba-tiba sosok Firan datang lagi.
“hai Key, gimana kabar kamu. Kok kelihatannya kamu sakit yah? Pucat banget wajah kamu ” ujar Firan saat bertemu di sebuah kafe. Memang sejak bermasalah dengan gion, aku mulai berubah. Karena penuh tekanan, aku sering memikirkan masalah itu sehingga kesehatanku menurun. Aku hanya memendamnya sendiri karena aku takut menceritakannya kepada orangtuaku.
“hmm..gak pa-pa kok. Kamu  ngapain disini?” tanyaku mencoba menghindar dari pertanyaan Firan.
“gak usah bohong Key, aku  tahu dari mata kamu. Cerita sama aku, aku bakal bantu kamu.” Ucap Firan terdengar khawatir.

Akhirnya setelah diyakinkan oleh Firan, aku pun menceritakan semua yang aku alami dengan Gion hingga tanpa sadar aku meneteskan airmata di hadapan Firan.
“hmm..maaf ya Fir, aku jadi cengeng kayak gini.”
“udahlah Key, keluarin aja semua kekesalan kamu . aku akan dengerin kamu  kok, tenang aja yah. Aku pasti ada buat kamu.” Firan merebahkan kepalaku di bahunya. Saat itulah aku merasa tenang dan damai ketika berada di samping Firan.
“Fir…maafin aku yah dulu aku mutusin kamu tiba-tiba. Tanpa alasan yang jelas pula.” Aku tiba-tiba membahas masa-masa yang bagiku itu adalah hal bodoh yang telah kulakukan.
“ya udahlah Key,,udah terjadi juga. Sekarang juga kalo kamu mau, aku pengen ngajak kamu balikan lagi.” Ucap Firan yang serta merta mengagetkanku.
“Fir..kamu serius. Kamu  kan tau aku  masih sama Gion.”
“iya Key, aku  tau. Tapi aku juga tau kalo hati kamu  tuh gak sama Gion. Kita bisa kok backstreet dari dia, aku  bakal nyimpan rahasia ini Cuma untuk kita berdua.” Jawab Firan meyakinkanku.
“kamu  yakin Firan.aku ,belum bisa lepas dari dia. kamu yakin semuanya akan baik-baik aja?”
“aku  yakin semuanya akan baik-baik aja. Aku akan tanggungjawab kalo ada apa-apa.”
“iya Fir…aku  mau. Makasih ya Fir, kamu  janji akan nyimpan rahasia ini baik-baik. Aku juga akan usahain untuk secepatnya lepas dari Gion.” Yakinku.
“aku janji buat kamu.” Ucap Firan sambil mencium keningku.
***

Udah 2 minggu aku backstreet sama Firan dari Gion. Aku kadang merasa bersalah sama Firan, gimana bisa aku mengiyakan permintaanya untuk jadi yang kedua. Sementara aku tahu, itu pasti akan menyakitkan. Suatu hari aku mendengar sebuah gosip tentang Firan.
“Key, mantan kamu si Firan tuh kemaren jalan sama Mita. Mereka jadian yah? Bukannya Mita pacarnya Dio.” Tanya kak Vina, sepupuku.
“emangnya kenapa kak? Kamu kenal sama Dio n Mita?” jawabku sedikit kaget mendengar pertanyaan itu. Jelas saja, itu menyangkut Firan.
“kenal lah, Dio kan sepupunya Riko. Makanya kakak Tanya sama kamu.”

Aku baru ingat kalau Riko, pacarnya kak Vina sepupuan sama Dio dan rumahnya pun deketan.
“oh iya kak. Trus kenapa kak? Kakak mau aku nanya sama Firan. Ih gak banget lah kak, nanti dia mikir aku pengen balikan sama dia, sibuk ngurusin dia.” Jawabku.
“iya ya. Ya udah deh,gak usah diurusin ,biar Dio tahu sendiri aja.” Jawab kak Vina kemudian.

Padahal sebenarnya aku juga pasti akan bertanya sama Firan, secara Firan pacarku. Walaupun jadi yang kedua, tapi bagiku Firan tetep nomor satu. Dan mendengar dia jalan sama cewek lain, sontak aku merasa kaget.
“Fir,kamu kemaren jalan sama siapa?” aku mencoba buat tidak langsung menayakan tentang Mita.
“aku kemaren gak jalan kok Key, aku dirumah aja.” Jawab Firan.
“beneran?”
“iya Key, beneran.” Yakin Firan.
“oh, kayaknya Firan mulai nyoba boong sama aku . Apa maksudnya? Apa dia udah bosen sama hubungan ini. Tapi kenapa harus dengan cara kayak gini? Kalo udah gak kuat, kenapa gak bilang aja? Lagian kemaren aku  juga gak minta, kan dia sendiri yang minta dijadiin yang kedua, lagian walaupun yang kedua, dia gak harus bebas jalan sama cewek lain juga dong.” Batinku yang merasa kesal telah dibohongi Firan.
“Key..kenapa diem?” Tanya Firan.
“oh nggak, cuma pengen tahu aja. Oh iya Fir, aku cuma mau bilang. Kalo kamu udah gak tahan dengan hubungan kita ini, kita cukup disini aja. Aku juga gak mau kamu terus-terusan berada di posisi kayak gini. Kamu bisa bebas juga kan mau jalan sama cewek lain, mau nyari cewek lain tanpa ada yang ngalangin.” Ucapku seketika.
“loh kok? Aku seneng kok di posisi kayak gini, aku nikmatin.”
“udahlah Fir, jangan boong. Kemaren kamu jalan sama Mita kan. Kalo kamu udah jenuh sama hubungan ini, kamu bisa bilang sama aku, bukan dengan cara kayak gini. Aku tahu kamu yang kedua buat aku , tapi bukan berarti kamu bisa bebas jalan sama cewek lain.” Sergahku.
“oh..jadi karena itu kamu marah sama aku ? Iya aku akuin kemaren aku  jalan sama Mita, tapi…”
“udahlah gak ada tapi-tapian. Sekarang aku  bebasin kamu buat jalan sama cewek lain. Udah cukup kamu  jadi yang kedua buat aku . Selamat bersenang-senang ya. Maafin aku  udah jahat sama kamu.” Aku memotong kalimat Firan dan langsung mematikan panggilan. Beberapa kali Firan mencoba menelpon balik, tapi tidak kuhiraukan.
***

2 hari lagi ultahku yang ke-17 dan aku berniat untuk merayakannya. Namun hingga ultahku kali ini, sudah sekitar 1 bulan masalahku dengan Gion tak kunjung usai. Firan yang selalu membuatku tenang, juga telah hilang.

Saat malam pesta ultahku, yang datang pertama kali adalah Gion dan dia langsung terus berada di sampingku dan ikut menyalami teman-temanku yang datang.
“ih..ngapain sih nih Gion disini terus.Ya Allah..aku mohon jauhkanlah Gion dari kehidupanku untuk selama-lamanya. Aku  gak mau kenal dia lagi.” Gumamku dalam hati.
“kak, risih nih sama Gion. Maunya sampingku melulu.oh iya, kak Riko mana?” Aku curhat sama kak Vina,satu-satunya orang yang tahu masalahku dengan Gion.
“kamu pindah aja, jangan ditanggepin,anggap aja dia gak ada kalau dia terus deketin kamu. Kak Riko bentar lagi dateng kok, dia lagi nunggu mobilnya yang dipake Dio buat jalan sama Mita.”
“loh masih sama Mita? Kan kemaren kakak bilang Mita jalan sama Firan.”
“iya sih, ternyata Firan sama Mita itu cuma temen deket. Mereka udah lama temenan dan memang sering jalan berdua,kemaren juga Mita minta Firan buat nemenin dia ke toko buku soalnya Dio lagi ada kegiatan. Dio juga kenal kok sama Firan.” Jelas kak Vina. Aku kaget dan terdiam mendengarnya, kemaren aku udah curiga sama Firan bahkan langsung mutusin dia. Dia gak sempat ngejelasin soalnya aku udah motong kalimatnya duluan. Aku pun merasa menyesal karena selama ini Firanlah yang selalu nenangin aku.

Satu persatu teman-temanku datang, dan pada saat acara tiup lilin akan dimulai. Teman-temanku yang berada di depan terdengar riuh, sempat terdengar teman perempuanku menjerit. Kami pun mencoba melihat apa yang terjadi. Hampir semua teman-temanku ikut berlarian ke depan rumahku. Saat aku berlari, aku melihat sebuah kendaraan terbaring di depan pagar rumahku dan aku tercengang melihatnya. Itu adalah motor Firan.
“Firan..itu motor Firan. Aku yakin itu. Tapi kenapa Firan disini? Dari tadi aku juga gak ngeliat Firan, dan aku juga gak pernah ngasih tahu dia kalo aku ngerayain pesta.” Aku mencoba menerka-nerka.
“Key..Firan.” kak Vina langsung menghampiriku dan menarik tanganku kearah temen-temenku yang sedang mengerumuni sesuatu. Saat melihat apa yang ada di tengah-tengah mereka, seseorang yang terbujur kaku dengan kepala bersimbah darah. Aku terduduk di hadapannya dan sontak aku menjerit sambil meneteskan airmata.
“Firan………bangun Firan. Kenapa bisa kayak gini. Bangun Firan..” aku menjerit memanggil nama Firan. Namun Firan tetap terbaring lemah, beberapa detik kemudian mata Firan perlahan terbuka, dia tersenyum dan dengan bersusah payah dia mencoba meraih pipiku. Aku meraih tangannya dan melekatkannya ke pipiku. Setelah itu dia kembali memejamkan mata dan perlahan tangannya terlepas dari genggamanku.
“Firan……………..”aku menangis dan langsung memeluk firan. Tak kuhiraukan gaun pestaku telah dipenuhi oleh darah. Gion mendekatiku dan menarikku. Tak kuhiraukan panggilannya, aku malah menepis tangannya dari pundakku. Kemudian kak Vina mendekatiku.
“Key, tadi kakak nemuin ini di dekat tubuh Firan.” Kak Vina memberikan sebuah kotak mungil yang lucu.
“dengan meneteskan airmata, perlahan aku membuka kado tersebut. Isinya adalah sebuah kalung bertuliskan my angel dan sebuah kartu kecil.” Aku membaca tulisan di kartu tersebut.
“Keyla my angel,happy birthday ya. walaupun kisah kita begitu singkat,tapi semuanya begitu indah. Makasih ya udah jadi my angel. Aku akan selalu sayang kamu.”

Setelah membaca tulisan itu, aku kembali menangis histeris memanggil nama Firan. Ternyata Firan ingin memberikan kado untukku. Aku menyesal karena beberapa hari yang lalu, aku marah-marah sama Firan dan bahkan sampai mutusin dia karena kecurigaanku yang ternyata salah. Ternyata Firan masih ingat dengan ultahku, dan dia memberikan sesuatu untukku, namun sekarang penyesalanku terlambat. Firan telah pergi dan aku hanya bisa mengungkapkan penyesalan itu pada pusaranya nanti. Tak lama ambulan datang membawa jasad Firan. Gion pun kembali mendekatiku dan mencoba menenangkanku.
“udahlah Key, Firan udah gak ada, gak usah ditangisin.” Ucap Gion.
“diem kamu. Ini semua gara-gara kamu. Aku tuh gak pernah ngarepin kamu ada di pestaku malem ini, udah cukup kamu bikin hidupku tersiksa, penuh tekanan. Bukan hanya sakit hati, tapi sakit jiwa raga. Kamu tuh manusia gak punya hati, aku nyesel kenal sama kamu. Pergi kamu dari hidup aku, sebelum aku berbuat nekad. Silahkan kamu bertobat sebelum kamu nyusul Firan dan kamu bakal tersiksa lebih dari rasa sakit aku yang udah kamu bikin tersiksa. Aku benci kamu, jangan pernah anggap aku ada. Aku  gak pernah dan gak akan pernah mau lagi denger nama kamu dan liat wajah kamu dihadapan ku .” Aku memaki-maki Gion di hadapan teman-temanku. Malam itu semua kekesalan yang ku pendam selama ini seketika ku keluarkan.
“Keyla…” Gion mencoba memegang tanganku dan aku langsung menepisnya.
“pergi…..aku gak butuh kamu. Kamu cuma bikin hidup aku  hancur.” Aku menunduk, enggan menatap wajah Gion. Gion terdiam di hadapanku.
“aku bilang pergi, jangan harepin aku  lagi buat kenal sama orang gak punya hati kayak kamu. Dosa terbesar aku kenal sama kamu. kamu tau itu?” makiku sambil terus menunduk. Aku pergi meninggalkan Gion dan teman-temanku. Gion kembali menarik tanganku.
“jangan coba sentuh aku .” Aku menepis tangan Gion dan berlalu pergi tanpa menghiraukan tatapan heran teman-temanku yang penuh tanda tanya karena makian-makian yang kulontarkan tadi. Aku menarik tangan kak Vina dan memintanya untuk membawaku ke rumah sakit dimana Firan dibawa. Dari kejauhan tak lama kulihat Gion juga berlalu pergi.
“Firan…maafin aku. Maafin sikap aku ke kamu, aku udah berpikiran buruk sama kamu. Aku nyesel sempet marah-marah sama kamu dan bahkan mutusin kamu. Disaat aku ingin memperbaikinya, kamu  udah pergi Fir. Walaupun kamu pernah jadi yang kedua buat aku , tapi bagi ku , kamu tetep yang pertama dan terbaik untuk ku. Aku akan selalu jadi angel buat kamu, Fir. Semoga kamu tenang yah disana, doa aku akan selalu ada buat kamu . Simpan cinta ku di tidur panjang kamu ya. I love you.” Bisikku kemudian di telinga Firan saat aku telah berada di hadapan jasad Firan. Dihari ultahku ini, Firan memang telah pergi. Namun cintanya akan selalu hidup dihati aku, dan kado itu…adalah kado terakhir dan terindah dari Firan.

`